Karena nggak semua orang langsung “berbunga” saat cuaca membaik—and that’s okay.
Musim cerah, bunga bermekaran, langit biru, semua orang posting vibes healing… tapi kamu malah ngerasa kosong, gelisah, atau tetap capek secara emosional? Tenang, kamu nggak aneh, nggak dramatis, dan nggak sendirian.
Perubahan musim—atau di negara tropis, pergeseran cuaca/energi kolektif—bisa memicu seasonal anxiety: kecemasan yang datang saat lingkungan berubah tapi batin nggak ikut selaras.
Berikut cara menghadapinya tanpa menyalahkan diri sendiri:
1. Terima Dulu: Mood-mu Nggak Wajib “Ikut Musim”
Kamu nggak harus bahagia hanya karena langit cerah atau suasana kelihatan indah. Perasaanmu valid walaupun nggak matching dengan keadaan sekitar.
Script penerimaan mini:
“Musim bisa berganti, tapi penyembuhan nggak selalu ikut jadwal.”
2. Aktivitas Luar Ruangan Ringan (Versi Realistis)
Nggak perlu joging ke taman sambil piknik estetik. Mulai dari hal pelan:
-
Duduk di teras atau dekat jendela terbuka
-
Jalan 5–10 menit tanpa target langkah
-
Nyentuh tanah/rumput/tanaman
-
Dengar suara burung, angin, atau matahari pagi
Paparan alam sekecil apapun tetap ngasih sinyal aman ke otak.
3. Jangan Bandingin Prosesmu dengan Mood Orang Lain
Orang lain mungkin lagi “mekar”, tapi kamu belum. Bukan berarti kamu rusak—hanya sedang ada ritme yang berbeda.
Kalau sosmed malah memicu rasa bersalah, nggak apa-apa detox atau mute dulu.
4. Uji Dulu Tubuhmu, Bukan Mood-mu
Kadang kecemasan musiman muncul karena perubahan cahaya, hormon tidur, atau energi tubuh.
Coba:
-
Minum cukup
-
Jangan skip makan
-
Tidur sebelum jam 12
-
Gerakkan badan 3–10 menit
Mood sering ikut menyusul setelah tubuh diapresiasi.
5. Praktik “Seasonal Grounding”
Gunakan alam sebagai jangkar emosi:
Coba 5-4-3-2-1 versi outdoor:
-
5 hal yang kamu lihat di sekitar
-
4 hal yang bisa kamu sentuh
-
3 suara alam yang kamu dengar
-
2 aroma yang kamu hirup
-
1 bagian tubuh yang kamu rilekskan
Ini bantu otak berhenti berkelana terlalu jauh.
6. Kurangi Tekanan untuk “Ikut Happy”
Daripada maksa ikut vibes orang lain, pilih irama sendiri:
-
Nonton langit tanpa ekspektasi
-
Baca buku kecil di luar sebentar
-
Duduk diam sambil minum teh
-
Main sama hewan peliharaan
-
Dengerin lagu mellow tanpa merasa bersalah
Musim cerah nggak harus dibarengi tawa—bisa juga ditemani keheningan.
7. Izinkan Perasaan Datang & Pergi
Cemas, sedih, atau hampa saat semua terlihat “indah” bukan hal yang memalukan. Perasaan itu tetap manusiawi.
Coba afirmasi lembut:
“Aku nggak perlu terburu-buru merasa lebih baik. Cemas pun boleh hadir.”
8. Hubungkan Diri dengan Orang yang “Nyaman Diajak Diam”
Kadang yang kita butuh bukan keramaian, tapi keberadaan:
-
Telepon teman tanpa harus cerita panjang
-
Duduk bareng orang rumah tanpa basa-basi
-
Chat pendek: “lagi nggak baik-baik aja, tapi nggak perlu ditanya dulu ya”
Koneksi = kelegaan, bahkan tanpa banyak kata.
9. Buat Rencana Kecil Bukan Ekspektasi Besar
Alih-alih “musim baru, semangat baru”, coba:
-
“Hari ini aku keluar 10 menit.”
-
“Aku coba hirup udara sore.”
-
“Aku nikmati satu momen tanpa tekan diri.”
Healing itu bukan lomba start cepat.
10. Kalau Emosinya Berat, Boleh Kok Minta Bantuan
Musim berubah bukan berarti kamu harus kuat sendirian. Curhat, terapi, journaling, grounding, atau tidur siang—apa pun yang bantu kamu bertahan boleh dilakukan.
Reminder Kecil:
🌱 Mood yang lambat bukan tanda gagal
🌱 Ketenangan kadang tumbuh pelan
🌱 Musim bisa cerah, tapi pikiran masih butuh waktu